Kamis, 15 Desember 2011





                                     

Jual Patung Beton Tradisional Jembrana, Bali

 

 RAYSOART




GANESHA, bhn pasir klungkung tgg 135cm, harga Rp 7jt

         Kami menawarkan patung tradisional bali khas gaya Jembrana, untuk kebutuhan merajan, pura, perumahan, villa dll.  Proses pembuatan dengan tehnik cor atau tempel dengan rangka bertulang. Desain asli pematung asal Jembrana I Gusti Komang Rai Sartika. Terbuat dari bahan pasir dan semen, mill, viberglass, dan berbagai bahan lainnya sesuai permintaan.
    Kami juga membuat patung dengan ukuran besar dari bahan beton, bentuk sesuai permintaan. Dikerjakan oleh pematung Jembrana dengan di bantu oleh para perajin-perajin patung lainnya di Jembrana.     


FONTAIN BUDA,bhn pasir gunung, tgg 80cm, hrg: 4jt

Kami juga membuat beberapa jenis fountain (air mancur) dengan motif Budha dan gajah, sebagai hiasan taman, villa, dll


FOUNTAIN GAJAH, bhn mill, tgg 50cm, hrg 3jt



 
 informasi lebih lanjut hub :
SARI KENCANA
dgn :Pak Gusti Rai   
  Telpon: 08179723090Jln Denpasar-Gilimanuk, Mendoyo Dauh Tukad, Mendoyo No115, Jembrana,Bali - IndonesiaEmail : raisartika@gmail.com  
 


                                                                                       






      

Selasa, 15 November 2011


PERKEMBANGAN PATUNG BETON DI BALI



 

 


       Pada mulanya seni patung Bali berfungsi sebagai sarana ritual pemujaan dalam bentuk simbol perwujudan roh leluhur, dewa, Tuhan, dengan segala manifestasinya yang bersifat sakral. Jenis-jenis patung perwujudan tersebut di Bali sering disebut pratima ,arca, petapakan dan pralingga. Pembaharuan yang sangat gemilang dalam seni patung Bali terjadi setelah adanya kontak langsung seniman lokan dengan sniman asing (Barat), sehingga melahirkan bentuk-bentuk baru yang cendrung realis, naturalis dan surealis yang menggunakan meterial kayu kemudian berkembang pesat di Desa Mas, Kemenuh dan Desa Peliatan, dengan tokoh=tokoh pematungnya antara lain Ida bagus Nyana, Ida Bagus Tilem, I Ketut Tulak, I Wayan Ayun, Pande Wayan Neka, I Nyoman Togog dan I Wayan Winten.
Seni patung dengan meterial baton yang berkembang dewasa ini di Desa Peliatan keberadaannya tidak terlepas dari seni patung kayu yang sudah ada sebelumnya, karean para pematung yang menekuni seni patung beton tersebut rata-rata sudah berpengalaman dalam bidang seni patung kayu, seperti halnya I Wayan Winten. Sebagai pematung yang hidup dalam lingkungan masyarakat dengan nilai-nilai budaya serta potensi seni yang menonjol, dan didukung oleh latar belakang pendidikan seni secara akademis yakni SMSR Denpasar dan PPGK Yogyakarta, menjadikannya sebagai seniman yang kreatif dan memiliki wawasan yang luas tentang kesenian khususnya seni patung. Hal ini sangant menarik dikaji dengan menerapkan berbagai metode pendekatan antara lain : metode obsevasi, yaitu melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan baik dilihat dari segi  kuantitas pematung, bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai p[roses penciptaan seni patung beton mulai dari membuat maket (miniatur) sampai terwujudnya karya seni patung itu sendiri. Metode wawancara dilakukan mulai dari I Wayan Winten sebagai informasi kunci, dan pelopor pematung beton yang ada di Desa Peliatan, kemudian baru para pematung beton lainnya yang dianggap bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode kepustakaan, dilakukan dengan menelaah sejumlah pustaka yang ada kaitannya dengan keberadaan seni patung Bali, yang terkait dengan perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan. Sementara itu, metode doklumentasi, yaitu pengumpulan data melalui bukti-bukti tertulis yakni berupa bku monografi Desa Peliatan, katalog pameran dan foto-foto karya seni patung.
Berdasarkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka dapatlah dijelaskan bahwa proses penciptaan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) pembutan gambar sketsa, (2) pembuatan maket (miniatur), )3) pembentukan konstruksi rangka patung, (4) pengecoran rangka patung, (5) tahap pembentukan, (6)  penyelesaian bentuk dan desain hiasan. Perkembangan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan tidak terlepas dari pengaruh sosok I Wayan Winten yang sudah menekuni seni patung dengan material beton dimulai sejak tahun 1992 yakni membuat patung penari, yang menghiasi pertigaa Br. Teges Desa Peliatan. Tahun 1994 mambuat patung Satria Gatot Kaca yang ada di Kuta. Tahun 1995 membuat patung Dewa Wisnu, Garuda, Kalarau dan Dewai Ratih yang menhiasi Taman Ciung Wanara Kota Gainyar. Tahun 1995 membuat patung Dewa Indra di pertigaan Tegal Tugu  Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewi Natha yang menghiasi pertigaan Semabaung Gianyar. Tahun 1996 membuat patung Kapten Mudita di Kota Bangli. Tahun 1996 membuat patung Dewa Ruci di Simpang Siur Kuta. Tahun 2002 membuat patung Betara Tiga di pertigaan Manguntur Batubulan. Tahun 2003 membuat patung Sutasoma di pertigaan Ubud, dan sejumlah karya patung beton lainnya tidak hanya di Bali, akan tetapi juga di luar Bali. Ketenaran sosok pematung I Wayan Winten membuat generasi muda banyak yang tertarik untuk belajar seni patung dengannya, baik lewat pendidikan non formal maupun formal, karena Wayan Winten disamping sebagai seniman, juga sebagai seorang guru di SMSR, yang kini adalah SMKN I Sukawati. Mantan murid-muridnya yang sampai kini menekuni seni patung beton antara lain : Komang Labda, asal Karangasem yang saat ini menmpati studionya di Jalan Dewi Candra Batubulan. I Ketut Suardana asal Banjar Tengah Peliatan, membuka studio patung di rumahnya sendiri, di Jalan Raya Peliatan, I Wayan Sedan Suputra, asal banjar Kalah Peliatan, kini membuka studio di Jalan Raya Kengetan Ubud. I Wayan Winarta, asal Desa Batuan, membuat studio patung di Jalan raya Batuan, I Nyoman Purna, asal Banjar Tengah Peliatan saat ini membuat studio patung di Jalan Raya Pengosekan Ubud. Sedangkan Kadek Artika, asal Banjar Tengah Peliatan kini membuka studio patung di jalan Kengetan Singakerta Ubud. Perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas pematungnya, akan tetapi juga perkembangan bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil aktivitas baik individu maupun kelompok, dan entitas yang dihasilkan bersifat kongkret, terwujud lewat karya-karya patung beton yang bergaya realis, naturalis dan abstrak. Sementara itu, tema yang diangkat tidak hanya-hanya tema-tema pewayangan seperti Ramayana, Mahabrata, mitologi Hindu dan tantri, akan tetapi juga kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial), sehingga hadir karya patung beton yang sangat variatif. Dilihat darisegi fungsi, kehadiran seni patung beton di Desa Peliatan tidak hnay untuk kepentingan ritual pemujaan yang terwujud dalam bentuk simbol-simbol keagamaan, melainkan juga berkembang ke fungsi estetis dekoratif yakni sebagai elemen penghias taman kota, tempat rekreasi, kantor pemerintahan, hotel museum, rumah hunian dan sebagainya. Sdangkan kalau dilihat darisegi makna telah mengalami perkembangan tidak hanya makna keindhan akan tetapi juga makna pembaharuan dan kesejahteraan. Oleh karena karya yang terwujud memilik nilai keindaha, nilai inovasi (pembaharuan), yakni memiliki perbedaan dengan karya-karya patung yang ada sebelumnya, dan kehadiran karya tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan senimannya dan juga masyarakat pendukungnya.

Pada mulanya seni patung Bali berfungsi sebagai sarana ritual pemujaan dalam bentuk simbol perwujudan roh leluhur, dewa, Tuhan, dengan segala manifestasinya yang bersifat sakral. Jenis-jenis patung perwujudan tersebut di Bali sering disebut pratima ,arca, petapakan dan pralingga. Pembaharuan yang sangat gemilang dalam seni patung Bali terjadi setelah adanya kontak langsung seniman lokan dengan sniman asing (Barat), sehingga melahirkan bentuk-bentuk baru yang cendrung realis, naturalis dan surealis yang menggunakan meterial kayu kemudian berkembang pesat di Desa Mas, Kemenuh dan Desa Peliatan, dengan tokoh=tokoh pematungnya antara lain Ida bagus Nyana, Ida Bagus Tilem, I Ketut Tulak, I Wayan Ayun, Pande Wayan Neka, I Nyoman Togog dan I Wayan Winten.
Seni patung dengan meterial baton yang berkembang dewasa ini di Desa Peliatan keberadaannya tidak terlepas dari seni patung kayu yang sudah ada sebelumnya, karean para pematung yang menekuni seni patung beton tersebut rata-rata sudah berpengalaman dalam bidang seni patung kayu, seperti halnya I Wayan Winten. Sebagai pematung yang hidup dalam lingkungan masyarakat dengan nilai-nilai budaya serta potensi seni yang menonjol, dan didukung oleh latar belakang pendidikan seni secara akademis yakni SMSR Denpasar dan PPGK Yogyakarta, menjadikannya sebagai seniman yang kreatif dan memiliki wawasan yang luas tentang kesenian khususnya seni patung. Hal ini sangant menarik dikaji dengan menerapkan berbagai metode pendekatan antara lain : metode obsevasi, yaitu melalui pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan baik dilihat dari segi  kuantitas pematung, bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Selain itu juga dilakukan pengamatan mengenai p[roses penciptaan seni patung beton mulai dari membuat maket (miniatur) sampai terwujudnya karya seni patung itu sendiri. Metode wawancara dilakukan mulai dari I Wayan Winten sebagai informasi kunci, dan pelopor pematung beton yang ada di Desa Peliatan, kemudian baru para pematung beton lainnya yang dianggap bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode kepustakaan, dilakukan dengan menelaah sejumlah pustaka yang ada kaitannya dengan keberadaan seni patung Bali, yang terkait dengan perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan. Sementara itu, metode doklumentasi, yaitu pengumpulan data melalui bukti-bukti tertulis yakni berupa bku monografi Desa Peliatan, katalog pameran dan foto-foto karya seni patung.
Berdasarkan data yang telah diperoleh sesuai dengan kebutuhan penelitian ini maka dapatlah dijelaskan bahwa proses penciptaan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) pembutan gambar sketsa, (2) pembuatan maket (miniatur), )3) pembentukan konstruksi rangka patung, (4) pengecoran rangka patung, (5) tahap pembentukan, (6)  penyelesaian bentuk dan desain hiasan. Perkembangan seni patung beton yang ada di Dsa Peliatan tidak terlepas dari pengaruh sosok I Wayan Winten yang sudah menekuni seni patung dengan material beton dimulai sejak tahun 1992 yakni membuat patung penari, yang menghiasi pertigaa Br. Teges Desa Peliatan. Tahun 1994 mambuat patung Satria Gatot Kaca yang ada di Kuta. Tahun 1995 membuat patung Dewa Wisnu, Garuda, Kalarau dan Dewai Ratih yang menhiasi Taman Ciung Wanara Kota Gainyar. Tahun 1995 membuat patung Dewa Indra di pertigaan Tegal Tugu  Gianyar. Tahun 1995 membuat patung Dewi Natha yang menghiasi pertigaan Semabaung Gianyar. Tahun 1996 membuat patung Kapten Mudita di Kota Bangli. Tahun 1996 membuat patung Dewa Ruci di Simpang Siur Kuta. Tahun 2002 membuat patung Betara Tiga di pertigaan Manguntur Batubulan. Tahun 2003 membuat patung Sutasoma di pertigaan Ubud, dan sejumlah karya patung beton lainnya tidak hanya di Bali, akan tetapi juga di luar Bali. Ketenaran sosok pematung I Wayan Winten membuat generasi muda banyak yang tertarik untuk belajar seni patung dengannya, baik lewat pendidikan non formal maupun formal, karena Wayan Winten disamping sebagai seniman, juga sebagai seorang guru di SMSR, yang kini adalah SMKN I Sukawati. Mantan murid-muridnya yang sampai kini menekuni seni patung beton antara lain : Komang Labda, asal Karangasem yang saat ini menmpati studionya di Jalan Dewi Candra Batubulan. I Ketut Suardana asal Banjar Tengah Peliatan, membuka studio patung di rumahnya sendiri, di Jalan Raya Peliatan, I Wayan Sedan Suputra, asal banjar Kalah Peliatan, kini membuka studio di Jalan Raya Kengetan Ubud. I Wayan Winarta, asal Desa Batuan, membuat studio patung di Jalan raya Batuan, I Nyoman Purna, asal Banjar Tengah Peliatan saat ini membuat studio patung di Jalan Raya Pengosekan Ubud. Sedangkan Kadek Artika, asal Banjar Tengah Peliatan kini membuka studio patung di jalan Kengetan Singakerta Ubud. Perkembangan seni patung beton di Desa Peliatan tidak hanya bisa dilihat dari kuantitas pematungnya, akan tetapi juga perkembangan bentuk karya, fungsi maupun maknanya bagi masyarakat. Dilihat dari segi bentuk yang merupakan hasil aktivitas baik individu maupun kelompok, dan entitas yang dihasilkan bersifat kongkret, terwujud lewat karya-karya patung beton yang bergaya realis, naturalis dan abstrak. Sementara itu, tema yang diangkat tidak hanya-hanya tema-tema pewayangan seperti Ramayana, Mahabrata, mitologi Hindu dan tantri, akan tetapi juga kehidupan sehari-hari (kehidupan sosial), sehingga hadir karya patung beton yang sangat variatif. Dilihat darisegi fungsi, kehadiran seni patung beton di Desa Peliatan tidak hnay untuk kepentingan ritual pemujaan yang terwujud dalam bentuk simbol-simbol keagamaan, melainkan juga berkembang ke fungsi estetis dekoratif yakni sebagai elemen penghias taman kota, tempat rekreasi, kantor pemerintahan, hotel museum, rumah hunian dan sebagainya. Sdangkan kalau dilihat darisegi makna telah mengalami perkembangan tidak hanya makna keindhan akan tetapi juga makna pembaharuan dan kesejahteraan. Oleh karena karya yang terwujud memilik nilai keindaha, nilai inovasi (pembaharuan), yakni memiliki perbedaan dengan karya-karya patung yang ada sebelumnya, dan kehadiran karya tersebut mampu meningkatkan taraf kesejahteraan senimannya dan juga masyarakat pendukungnya.

PERKEMBANGAN PATUNG BETON DI BALI